Senin, 12 November 2012

Ah, Kawan..

Kawan, hujan ini membuat kepalaku pening, tapi ia sering sekali menyelubungiku akhir-akhir ini. Aku ingin pergi saja, berteduh. Namun, kau tepuk pundakku dan sodorkan payung. Ah, kau tahu kalau aku memang tak bisa mengabaikan hujan.
Pun kau tunjukkan turbin kecilku, dan berharap ia bisa berputar dengan aliran deras sang hujan yang kucemaskan, agar menjadikan untukku pelita yang 'kan menenangkanku.
Ah, kawan. Terima kasih lagi, dan temani aku menata semua ini.


Ditulis setelah menjalani perjalanan singkat dari kampus ke halte bersama seorang kawan.

2 komentar:

  1. ingat...
    ada pelangi setelah hujan :P
    ingat, kelak akan ada pengganti yang lebih baik dari 'hujan' yang ditakdirkan untukmu. hehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. oh no, Desty.. jangan gunakan kata pelangi, ya? aku sudah memiliki sosok pelangi tersendiri, mungkin bisa kamu liat di sini , sini , sini , sini , dan bahkan yang belum lama ini di sini
      hhehehe :p

      Hapus