Sabtu, 28 Juni 2014

BPI 10 goes to Buniayu (Day 1)

Happiness is having a large, loving, caring, close-knit family in another city.” 
― George Burns


Setelah merencanakan selama beberapa bulan, keluarga BPI 10 berangkat ngetrip bareng ke Goa Buniayu di Sukabumi. Sebagian besar dari kami berkumpul di stasiun Bogor untuk kemudian menuju stasiun Sukabumi dengan kereta. Jugijagijugijagijuuug.. Hehehehe. Namun, selain sekian belas orang ini, ada pula yang langsung menuju Sukabumi dengan mengendarai motor. Singkat cerita, kami bertemu di stasiun Sukabumi dan menuju kawasan Goa Buniayu dengan mobil pick up dan motor. Ngeeeeng...

Pemandangan di kawasan Buniayu (foto oleh Mamsky)

Di tempat tujuan, kami disambut oleh keluarga bang Nuryaman yang akan memandu keluarga kami :) Bang Nur sendiri adalah teman pakde Marta, salah seorang anggota keluarga BPI 10. Singkat cerita, rencana semula kami untuk masuk ke goa minat umum sore itu berubah menjadi ke goa semi khusus. Kata bang Nur, goa semi khusus bagus buat latihan kami untuk ke goa minat khusus keesokan harinya.

Beberapa hari sebelumnya saya sempat menanyakan ummi Uswah dan pakde Marta yang sudah berpengalaman ke Buniayu sebelumnya mengenai dress code, karena saya berniat mengenakan baju cantik (baca: rok/gamis) akibat keterbatasan jumlah celana yang saya miliki. Meski mereka mengatakan bisa-bisa saja, entah mengapa saya merasa ada yang gimanaaa gitu. Ternyata keputusan saya untuk mengenakan celana tepat. Yah, meskipun celana bahan saya yang lebih cocok untuk menghadiri acara resmi itu kurang enak untuk caving, sih. Kenapa tepat? Karena kami berkubang lumpur, pakai acara nyemplung ke kubangan air lumpur sepinggang pula :( dan yang lebih mengenaskan adalah...

bukan itu jalurnya. Dengan kata lain, kami disasarin :/

Apa jadinya kalau saya pakai baju cantik? :p (foto oleh pakde Marta)

Aduh, terima kasih banyak kejutannya :"D
Well, tapi ternyata memang itu bagus untuk latihan, karena medan yang akan kami tempuh keesokan harinya kurang lebih seperti itu.
Akhirnya, setelah merangkak dan megap-megap, kami berhasil keluar dari goa latihan tersebut! Yeay!

Di luar langit mulai temaram. Suara adzan maghrib samar-samar terdengar. Syahdu.

Sesampainya di rumah bang Nur, kami membilas tubuh setengah penuh lumpur kami di empang samping rumah. Rasanya... wow, kelihatan banget anak kota-nya. Norak, tapi sangat menikmati. Apalagi ditambah guyuran air hujan. Aduuuuh malam itu beban-beban pikiran seolah ikut luruh terbasuh air hujan :')

In this empang we took a [natural] shower (foto oleh bang Jo)

Setelah mandi, sholat, makan, ngobrol-ngobrol, dan main games untuk semakin mengenal satu sama lain, kami beristirahat untuk menyiapkan energi agar bisa ber-caving dengan ceria keesokan harinya. Goa minat khusus.


Kebahagiaan adalah memiliki keluarga besar di kota lain yang mengasihi, peduli, dan erat (terjemahan bebas dari quote di atas)
Semoga kasih ini, kepedulian ini, dan keeratan ini abadi ya :')
I love you all, BPI 10 members :*


P.S. : Meskipun kita baru saling berkenalan (secara agak resmi) setelah kita menelusuri goa semi khusus ini, tapi sejak awal kita bertemu, aku merasa seperti bertemu keluarga :") #jadicurhat

We're BPI 10 Family [sayangnya gak lengkap :(] (foto oleh ummi Uswah)

Selasa, 10 Juni 2014

Displacement

Sebelum kamu bosan membaca kata maaf yang mungkin beberapa minggu ke depan hingga sekitar 1-1,5 bulan setelahnya akan banyak berhamburan, aku ingin menuliskan kata itu di tulisan ini.
Pertama, aku minta maaf jika terdapat kekeliruan dalam penggunaan istilah yang kupinjam dari salah satu bentuk defense mechanism-nya Pak Freud.
Kedua, aku ingin minta maaf pada dia, yang [mungkin] telah menjadi obyek displacement-ku. Aku sendiri tidak tahu apakah semua yang kulakukan padanya hanyalah bentuk pengalihan diriku dari hal lain yang tak ingin aku tampilkan, sesuatu yang mungkin memang tak pantas untuk ditunjukkan, seperti ke-tidak-tangguhan-ku menghadapi berbagai tugas, kejenuhanku dengan segala rutinitas, atau bahkan mungkin kekesalanku pada sahabatku sendiri. Aku tidak tahu itu, karena mekanisme ini berlangsung tanpa disadari, bukan?
Yang jelas, aku merasa bukan dia masalahku. Aku memang merasa agak kecewa mendapati keacuhannya, agak miris melihat kesetiaannya pada dia-nya dia, agak sedih juga karena tak bisa lagi berharap apa-apa. Lihat, hanya agak. Hatiku tidak sakit-sakit amat.
Jadi, jika dugaanku benar, dia hanya aku pergunakan sebagai pelampiasan atas berbagai gejolak yang tertahankan, hingga aku menjelma seseorang yang bahkan tak kukenali sendiri, jika menghadapinya.

Dear you,
For the childish things I've done, gomen ne.
Have a happy life ever after with her (or anyone)
:D

Jumat, 06 Juni 2014

Random

Seharusnya saat ini aku sedang belajar, karena nanti siang ada ujian dan aku baru membaca sekilas sebagian materinya. Ya, se-ki-las, dan itupun baru se-ba-gi-an.
Tapi, apa yang kulakukan sekarang? Ah, jangan tanyakan apa, karena kamu sedang membacanya.

Sudah lama tidak membubuhkan jejak di ruang sederhana-tapi-istimewa (buatku, setidaknya) ini. Padahal, ada banyak cerita yang seharusnya kurekam di sini untuk kelak kuingat kembali, kurasai kembali, kupelajari kembali, dan tentunya harus kusyukuri kembali.

Sebut saja dia Mamsky, seperti aku suka menyebutnya dengan sebutan itu, yang telah membuatku kembali mengunjungi sudut mungil kehidupanku ini. Thanks, Mams, for making me come back to where I should be, to do what I should do, to be "me" again. *ketjup Mamsky* 

Knowing you, and the others, is one thing that I have to be grateful of.