Selasa, 01 Juli 2014

BPI 10 goes to Buniayu (Day 2)

Though the road's been rocky it sure feels good to me.”

― Bob Marley


Dengan cukup excited keluarga BPI 10 bersiap-siap menelusuri goa minat khusus di pagi hari Minggu itu. Meskipun tubuh masih pegal-pegal setelah caving di goa semi khusus di hari sebelumnya, bayangan akan sejuknya Curug Bibijilan yang menanti kami di ujung goa cukup membakar semangat kami. Akhirnya, pagi-pagi kami sibuk fitting baju ;)

Dipiliiih dipiliiih :D (foto oleh ummi Uswah)

Setelah tampak keren dengan wearpack berwarna mencolok itu, kami asyik berfoto-foto selama sekitar 1 jam! Bukan, bukan karena terlalu narsis sampai lupa waktu, tetapi karena sebelum kami berangkat ada rombongan lain, dan memang diberi jarak yang cukup dengan rombongan tersebut :)

Mumpung warna bajunya masih kece, puas-puasin foto dulu ya :p (foto oleh )

Pintu masuk goa minat khusus ini berbeda dengan goa minat umum dan semi khusus. Kami melewati beberapa rumah warga, ber-kyaaa kyaaa melihat bayi-bayi anjing yang menggemaskan, hingga tiba di sebuah pagar kecil yang mengawali petualangan kami :)

Excitement campur sedikit tegang membuat saya cukup kalem sebelum meluncur ke dalam goa vertikal ini. Kyaaaaaaaaaaaa!!! Seru! Rasanya seperti terbang!
Ketika menjejakkan kaki di dasar goa, saya sempat merasa linglung sebentar. Rasanya nyawa saya masih ketinggalan di atas, hehehe.

Sayangnya saya gak sadar kamera :'( (foto oleh pakde Marta)

Setelah satu persatu hingga semua dari kami turun, kami mulai bergerak menyusuri goa yang basah ini. Berkali-kali kami berjalan di sungai yang terkadang terasa agak kuat arusnya. Di sini saya seperti anak kecil yang takjub melihat banyak sekali kelelawar, di samping stalaktit dan stalakmit yang tentunya kece-kece bingits.
Beberapa kali medannya menantang, seperti berjalan melipir tepat di samping dinding goa dengan berpegangan pada tali, sedikit rappeling, lalu yang lagi-lagi bikin perut saya mulas (baca: yang paling malesin) adalah berkubang lumpur lagi!




The terrain is challenging, isn't it? (foto-foto oleh pakde Marta)

Ada kejadian yang sebenarnya malas saya ingat, yaitu saya tidak bisa berjalan karena celana saya terinjak oleh kaki saya sendiri. Celana bahan saya (yang lebih cocok untuk menghadiri acara resmi itu) memang bertekstur agak keras. Tidak mudah sobek, tapi juga jadi menyulitkan langkah saya dalam situasi itu. Setelah celana itu terinjak saya sendiri, kaki saya tidak bisa lagi mengangkat. Huuuuuh, saya coba berkali-kali mengerahkan seluruh tenaga dan upaya *lebay*, sampai saya lelah sendiri. Akhirnya saya harus diberi bantuan. Kaki saya dikeluarkan dari lumpur dan celana saya digulung. [Peringatan! : Pakailah pakaian, khususnya celana, yang tidak hanya kuat, tetapi juga PAS! Jangan kepanjangan kayak saya]

Setelah menggerapai jalanan penuh lumpur, dengan beberapa bantuan berbonus (bonusnya masker lumpur gratis!) finally saya yang termasuk dalam rombongan belakang berhasil melalui pintu pagar kecil seperti di awal, dan menjumpai sinar matahari yang terik. Sembari menunggu pick up yang akan mengantar ke Curug Bibijilan, kami terpaksa berjemur hingga sekujur tubuh penuh lumpur pun seperti kue kering.



 We're like cookies, aren't we? -_- (foto oleh bang Jo)

'Selamat' ya dapet tumpangan -_- (foto oleh bang Jo)

Lama menunggu pick up yang tak kunjung tiba, kami memutuskan untuk jalan kaki ke Curug Bibijilan. Jaraknya? Hah, saya tidak tahu. Yang jelas rasanya lumayan lah siang-siang berjalan kaki dengan lumpur yang mulai mengering, sepatu boots karet kebesaran yang berisi lumpur, jalanan berkerikil yang naik turun, ditambah lagi pemandangan pick up-pick up rombongan lain yang lewat :"(
Sebagian dari rombongan kami mendapat tumpangan pick up dari rombongan lain, tetapi saya tidak termasuk di dalamnya. Terlalu malas mengejar pick up yang berhenti beberapa meter di depan saya itu. Jadi saya memutuskan untuk menikmati jalan dengan pakde Marta, bang Singgih, dan bang Agung, meskipun lama kelamaan satu persatu dari mereka mendahului saya dan tinggallah saya sendiri :"D

Rasanya legaaaa sekali melihat papan ini! (foto oleh bang Jo)

Sampai di Curug Bibijilan, ternyata saya tidak terlambat terlalu lama, karena mereka sempat bernarsis ria dulu -_-. Di curug tersebut, kami membasuh wajah dan pakaian serta boots kami yang penuh lumpur. Air sungai berarus cukup deras itu pun menjadi keruh, hehehe. Rasanya segaaaar sekali. Sebagian kelelahan kami luruh bersama air yang sejuk itu :D

Serasa jadi bawang putih, nyuci baju di pinggir sungai ;) (foto oleh bang Jo)


Bernarsis ria doloo yes! (foto oleh bang Jo)

Meskipun berat, kami harus segera meninggalkan curug itu. Dengan mobil pick up yang akhirnya datang juga, kami kembali ke rumah bang Nur untuk bersiap-siap pulang.
Tiket kereta Sukabumi-Bogor sudah di tangan (bang Kiki), tetapi sampai waktu keberangkatannya, kami belum sampai stasiun! Alhasil, kami beralih haluan ke terminal untuk naik bus.

Di dalam bus Sukabumi-Ciawi-Depok, sebelum penumpang jadi pepes :") (foto oleh bang Jo)


------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Meskipun hari itu tidak terlalu mudah, aku sungguh menikmatinya.