Aku ingin bercerita tentang hujan. Kini, entah sejak dan
sampai kapan, aku mengubah pandanganku terhadapnya. Aku tidak ingin lagi
mempersalahkannya yang telah membuat hariku kelabu, aku tak mau lagi
membencinya karena mengurungku dari menjelajahi dunia.
Karena kupikir itulah dia. Tak mungkin aku berharap hujan
akan membiarkanku menari riang di taman terbuka tanpa kebasahan. Tanpa ragu ia
melingkupiku, seperti halnya tiada sungkan ia menguarkan harumnya tanah padaku.
Kurasa, aku mengagumi keberaniannya mengguyur muka bumi dan
melunturkan debu yang menempel di sana, kendati sebagian orang merutuki
caranya, terutama saat ia terlalu deras. Terkesan keras. Sungguh, aku melihat
sesungguhnya ia tidak keras. Hujan itu tetap meneteskan air, bukan batu.
Maka bila aku memakai payung, bukan berarti aku menolak
kehadirannya. Aku hanya ingin buktikan pada mereka, bahwa aku masih bisa menari
di bawah naungan hujan. Hujan toh tak melarangku meninggalkan rumah.
Ah, hujan. Meski aku ingin menemanimu, akankah tarianku pantas
mengiringi rinaimu? Masihkah kau ingat warna payungku?
Ditulis saat galau dalam perjalanan ke rumah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar