Kamis, 08 September 2011

24 jam on the road

Perjalanan mudik tahun ini gue jalani selama 24 jam (bukan balik lho, baliknya sih 31 jam!! parraaah). Terhitung berangkat sekitar pukul 01.00 dini hari tanggal 26 Agustus 2011 dari Bekasi dan tiba di Wonotoro, Girisubo, Gunung Kidul, DIY kurang lebih di jam yang sama satu hari setelahnya. Alhamdulillah kami (gue beserta keluarga cukup besar gue) tiba dengan selamat tanpa mengalami kecelakaan lalu lintas dan tanpa melihat kecelakaan yang parah (liat beberapa motor tergelincir sih, tapi alhamdulillah gak kenapa-kenapa).

Waktu 24 jam itu emang terbilang cukup lama, secara paling nggak kalo normalnya sekitar 12 jam-an, dan penyebabnya kayanya mudah ditebak deh. Yap, macet lagi macet lagi... Bayangin aja, dari Bekasi nyampe Indramayu 10 jam!! Yaelaah, Bekasi-Indramayu berapa jauh sih? Tapi ya sudahlah. Singkat cerita gue dan rombongan mampir dulu di rumah salah satu kawan lama bokap gue di Indramayu buat ngerampok (?) mangga. Hehehe. Nggak lama sih, padahal anaknya ganteng (sst! Jangan bilang-bilang ama bokap gue, ntar gue jadi Siti Nurbaya hahaha kidding). 

Lanjuuut, kami pun menempuh entah berapa kilo jalanan yang padat. Akhirnya tibalah saat berbuka puasa. Kami berbuka di salah satu rumah makan, warung makan, atau restoran (terserah Anda menyebutnya apa, menurut saya sih sama saja) yang dari jarak berkilo-kilo meter sudah pasang iklan setiap sekitar 100 meteran. Mulai dari nyebutin menunya satu-satu, sampe promosi sulap, air bersih, hot spot, ulang tahun, bla bla bla (kalo yang biasa mudik tahu nih hahaha). Kebetulan banget akhir bulan Agustus kakak gue ulang tahun, dan bokap gue ulang tahun di bulan sebelumnya. Jadi mereka diminta tiup lilin dari lilin kecil dalam gelas (bukan lilin di atas kue :( ) sambil difoto, lalu foto sekeluarga, lalu dikasih hadiah berupa cake kecil mungil yang unyuuu banget (warna pink) hehehe. Oia, sodara gue beli mainan sulap-sulapan gitu seharga 60ribu. Waktu emak gue liat, dengan shocked emak gue bilang kalo beliau pernah liat mainan kaya gitu dijual di bis seharga 2 ribu rupiah!! Bayangkan, dari 2000 jadi 60000 saudara-saudara!! Harusnya dapet 30 biji tuh!!! Setelah kami mengurut dada atas insiden jual beli yang sangat menyayangkan itu, emak gue nambahin, kalo beliau juga pernah liat di bis ada yang jual buku sulap gitu. Pertamanya kosong, lalu abis ditepuk satu kali jadi ada gambarnya hitam putih gitu, trus abis itu ditepuk lagi dua kali jadi gambar berwarna. Emak gue dulu pengen beli tuh buku seharga goceng alias 5000 rupiah, tapi mengingat anak-anaknya udah pada gede dan tidak berminat dengan dunia sulap-sulapan, jadilah emak gue mengurungkan niatnya. Eeeh, tak ku sangka tak kuduga. beberapa saat setelah emak gue menyudahi ceritanya, datanglah mbak-mbak pelayan yang nawarin sulap. Kali itu si mbak membawa buku sulap. Dan kalian tahu buku apa itu? Yap, buku yang NYARIS sama persis kaya yang emak gue barusan ceritain. Hanya ada dua perbedaannya, yang pertama yaitu sampul alias cover bukunya, karena si mbak membawa buku yang ada nama resto tsb, lalu perbedaan yang kedua adalah cara si mbak memainkannya adalah ditiup, bukan ditepuk. Hasilnya? Sama persis sis sis!!
Si mbak melanjutkan promosinya sambil berujar, "Kalo mau tau rahasianya, bisa beli buku ini di sana (menunjuk tempat si sodara gue beli mainan sulap yang tadi). harganya 80ribu rupiah."
What??? Di bis goceng, di sini 80 ribu???!!! Gue langsung ngakak, dan si mbak hanya menatap gue penuh tanda tanya. Hahahahha.
Setelah menunaikan solat, gue nyempetin foto sebentar di magic box, itu lho yang cuma keliatan kepalanya doang. Abis itu perjalanan pun berlanjuuut...

Sampe di Piyungan, kami berhenti di sebuah warung angkringan. Tahu? Itu lho, warung makan (ga jauh beda lah ama yang tadi hahahaha) cuma bedanya lebih sempit dan lebih temaram alias remang-remang. Menu terkenalnya adalah "nasi kucing". Bukannya nasi trus lauknya kucing lho (gile aje, siapa yang mau coba?) melainkan nasi seporsi makan kucing, atau kalo yang pernah gue liat dari komen di fb orang itu nasi seporsi orang minta, atau bahasa yang lebih rumitnya adalah porsinya dikiiiiit banget (ngga juga sih sebenernya, gue sebungkus cukup kok [ya iyalah kan tadi abis makan])

Singkat cerita, gue sampe malem kan, dan tidak butuh waktu lama untuk segera zzzzzzzzzzzzzzzz.

Minggu, 04 September 2011

[masih] UNTITLED


===
ulgo sipeul ttae ureoyo seulpeumdeureul aesseo chamji marayo
geudaega dasi useul su itge naega anajulgeyo
Cry when you want to cry. Don’t purposely hold in your sadness
I’ll embrace you so that you can smile again

UNTITLED [lagi]


===
Ia memang tak percaya pada ramalan, seperti halnya kau tak meyakininya. Namun, ia percaya vonis dokter yang tak kau temukan perbedaannya dengan ramalan.

UNTITLED


===
Mungkin kurang tepat bila aku bersyukur melihat kenyataan ini, kenyataan bahwa Lilly, sahabatku, tergolek lemah di ranjang rumah sakit dengan balutan perban di dahi yang melingkar hingga belakang kepalanya. Suaranya yang biasanya bertenaga dan penuh semangat kini terdengar lemah dan parau. Namun, senyuman tulusnya tak pernah pudar menghiasi wajah imutnya.
Tapi nyatanya kini aku bernapas lega dalam hati.

SAKURA -part 6- (END)


Tiba-tiba saja Sakura merasa mendapat pencerahan dari pembicaraan gadis yang baru saja putus dengan pacarnya yang merupakan alumni sekolah Tomoyo dengan temannya.

-Part 6-
Pagi-pagi sekali Tomoyo sudah mendengar grubak-grubuk di lantai satu. Sambil menguap, ia melirik jam dindingnya.

SAKURA -part 5-


“Maaf, Shaoran…” bisik Tomoyo yang bersandar di balik pintu kamarnya. Tangannya meraih bandul di kalung yang melingkari lehernya lalu membukanya. Tampak foto dua orang lelaki paling dicintainya di dalam bandul itu. Ayahnya, dan seorang lelaki lain.
-part 5-
Tomoyo bukannya tidak tahu perasaan Shaoran padanya. Justru ia sudah mengetahuinya bahkan sebelum adik sepupu kesayangannya itu tahu. Tomoyo hanya berpura-pura tidak tahu dan berharap Shaoran akan dapat melupakan perasaannya pada Tomoyo.

SAKURA -part 4-


-part 4-
Normal POV
Minggu pagi. Sakura menggeliat di ranjang single-nya dengan mata masih terpejam. Setelah melirik jam yang bertengger di meja kecil di sebelah tempat tidurnya, ia mengerang. Sepagi ini ponselnya sudah berisik, mengganggu tidurnya saja.

SAKURA -part 3-


-part 3-

Sakura’s POV
BRUKK!! Dengan asal kulempar tas sekolahku ke atas meja makan. Segera aku menghambur ke

SAKURA -part 2-


“Ada yang mengganjal pikiranmu?” tanya Shaoran khawatir.
“Aku – aku baik-baik saja.” Jawab Sakura yang langsung menunduk sambil menyesap ice cappuccino nya, tak ingin membalas tatapan khawatir Shaoran.
-Part 2-
Shaoran’s POV
Selama beberapa saat aku dan Sakura terdiam, sesuatu yang tidak biasa bagi kami, dua makhluk yang kalau ketemu sama-sama sakit jiwa itu. Kalau kami diam begini, kemungkinannya adalah