Jumat, 22 November 2013

Siang, Copet, dan Hak

Slep! Sebuah tangan tiba-tiba keluar dari tas saya ketika saya akan turun dari angkot. Seketika saya speechless.

Bukan tangan hantu ataupun tukang sulap, tapi tangan "jahil" yang memasuki tempat yang bukan haknya, dan terpaksa keluar ketika si empunya barang memergokinya. Segera saya mengecek isi tas, dengan fokus utama pada ponsel (karena barang-barang lain dalam ruang tas yang terbuka itu tidak ada yang penting selain ponsel), dan bernafas lega benda itu masih dengan nyaman berada di ujung bawah tas saya, terlindungi oleh tisu, plastik berisi beberapa masker yang baru saya beli, dan segala barang-barang printilan yang memang sedang berantakan saat itu.

Kejadian itu terjadi dalam waktu singkat, tidak sampai satu menit, yakni ketika saya menunggu supir angkot menyerahkan uang kembalian saya. Saya yang membayar dan menunggu kembalian di dalam angkot (posisi saya saat itu di belakang supir. Saya membayar di dalam karena teriknya matahari membuat saya malas membayar dan menunggu kembalian di luar, alias di samping pintu depan penumpang tempat biasanya saya bayar), tidak menyadari bahwa ada tangan yang membuka tas dan mencoba merogoh isinya saat tatapan saya fokus pada uang kembalian dari pak supir. Saya baru mengetahui hal itu ketika hendak turun.

Setelah melemparkan pelototan pada pelaku, saya turun dengan jantung yang berdegup sangat kencang dan tangan gemetar. Ingin rasanya memaki-maki orang itu, atau setidaknya menyindirnya agar penumpang lain tahu bahwa ada pencopet di tengah-tengah mereka. Sayangnya saya terlalu shocked, takut, sehingga justru tidak bisa berkata apa-apa dan berkeringat dingin sendiri.

Saya masih ingat betul perasaan saya ketika itu. Geram, kecewa, sedih, aaaaargh pokoknya geregetan banget, lah! Seenaknya saja mengambil hak orang lain! Ponsel itu saya miliki bukan tanpa pengorbanan. Ponsel itu dibeli memang dengan uang orang tua, tetapi justru karena uang orang tua itulah yang jauh lebih menyesakkan saya. Apa dia tidak memikirkannya? Pernahkah haknya diambil orang lain begitu saja?

Bus yang saya tunggu-tunggu lama sekali datangnya. Saya langsung mengabarkan beberapa teman saya untuk berhati-hati. Sambil menunggu, saya kembali merasa-rasai perasaan saya. Semakin saya rasakan emosi negatif itu, saya menjadi memahami, seberapa sulitnya situasi kita, hak orang lain tetap tidak boleh dilanggar. Materi moral development yang saya pelajari di kelas beberapa waktu lalu pun terputar kembali.


Ah, jangan-jangan sebenarnya saya sering melukai hak-hak orang lain. Ternyata seperti ini sakitnya.. Sakit sekali.

:'(