Sabtu, 10 Maret 2012

"sisa" dari Pertemuan Kedua FLP

Belajar dari Sejarah

Aku lahir sebagai buah cinta tiga orang wanita di sebuah masjid, Masjid Ukhuwah Islamiyah, yang terletak di kampus tercintamu. Kau, yang belum genap berusia empat tahun, sedang lucu-lucunya kala itu. Sementara aku memulai kehidupan awalku dengan cara nomaden dari satu masjid ke masjid yang lain.
Aku tahu kau sudah mengenalku sejak lama, salah, mungkin lebih tepatnya sekadar mengetahui saja selama ini. Kau melihat namaku entah di mana, yang jelas kau tahu bahwa aku berteman dengan orang-orang yang namanya kau lihat di sampul-sampul buku. Buku-buku itu kau dan kakakmu beli di Islamic Book Fair, event kesukaanmu sejak kau masih mengenakan rok merah. Sejak itu kau menanamkan cita-cita untuk menjadi salah satu kawanku.
Oleh karena itu, kau senang sekali membaca informasi bahwa aku sedang mencari teman baru. Dengan semangat empat lima kau berusaha menemuiku dan terus berusaha menghadiri setiap undanganku.
Dari undangan keduaku, tiga kalau ditambah undangan perkenalan kita, kau mulai mengenalku lebih dalam. Kini kau sudah tahu bahwa aku, yang memiliki teman-teman ribuan di pelosok negeri bahkan di sampai ke luar negeri, berawal dari kecintaan tiga ibuku pada dunia menulis. Di antara ribuan temanku, termasuk ibu-ibuku juga, tak sedikit yang kau kenal sebagai penulis idolamu. Kau pun sekarang telah mengetahui bahwa aku, yang sudah terbang ke mana-mana bersama kawan-kawanku, semula loncat ke mana-mana dari satu masjid ke masjid lainnya. Pun karyaku yang senantiasa bertambah, seiring bertambahnya kuantitas dan kualitas teman-temanku. Bahkan bekerja sama dengan penerbit Mizan aku pernah mendirikan Lingkar Pena Publishing House, yang sekarang sedang vakum karena aku tengah berusaha untuk berdiri sendiri.
Aku hebat, katamu. Ya, dalam kurun waktu 15 tahun ini aku telah membentuk koloni terbesar dan tersebar di negeri ini. Lalu, bagaimana denganmu di usia yang hampir 19 tahun ini?
Masih di pertemuan kedua kemarin, kau terkesiap saat melihat salah satu teman barumu, yang juga baru berkawan denganku, membawa buku hasil karyanya. Dia telah berhasil meraih apa yang juga kau cita-citakan. Dadamu bergejolak seperti anak kecil yang iri pada mainan temannya. Namun, pada pertemuan kedua itu, seperti juga pertemuan-pertemuan sebelumnya, kau rasakan kehangatan semangat menjalar bersama aliran darahmu, mengisi ulang kekuatan yang terkikis oleh padatnya aktivitasmu.
Kau tersenyum. Ya, kau yakin kau pun bisa meraih mimpimu, karena kau tahu, hasil yang indah tercapai dengan usaha yang tak mudah. Kau telah melihat itu dari ibu-ibuku.

Amelya Dwi Astuti
Pramuda Angkatan 16
FLP Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar