Kamis, 01 Maret 2012

3 Hari untuk Selamanya (aamiin) part 2

Day 2

Langit biru muda membuat saya terkejut dari tidur saya. Langit semalam memang terang karena sinar rembulan yang benderang, namun biru muda pagi itu tentu tak lagi berasal dari cahaya lembut si dewi malam. Menoleh ke kanan dari posisi tidur saya, saya lihat warna kemerah-merahan mewarnai horizon langit Timur. Saya langsung bangun dan melakukan tayamum untuk sholat subuh dalam bivak. Selang beberapa menit kemudian suara-suara teman-teman saya mulai terdengar.


Pagi itu, setelah sarapan dan packing, kami melanjutkan kegiatan. Masih dengan cara man to man kami menuju tempat pemberhentian selanjutnya. Kali ini saya meminta Kamal untuk memberi kesempatan pada saya menjadi targetman. Kamal setuju. Akhirnya saya menjadi targetman, Bimo dan Nipeh tetap pada jabatannya masing-masing, dan Kamal membantu Nipeh melintasi medan perjalanan yang cukup wow. Peraturan untuk tidak berkomunikasi dengan kelompok lain terpaksa dilanggar karena kami berhadapan dengan jurang. Bimo sudah menyeberang. Karena tidak melihat ada jalan lain yang lebih memungkinkan, Kamal dan saya hendak menyusul di jalur yang sama dengan Hari dan Anah dari kelompok 2. Akhirnya, kelompok 2 dan 3 pun bahu membahu melewati jurang itu. Bunyi gedebak-gedebuk dari carrier maupun orang yang terjun ke dasar jurang terdengar berulang kali sampai semuanya berhasil menyeberangi jurang. Perjalanan diteruskan, kami tidak lagi saling berkomunikasi dengan kelompok lain.

Sesampainya di sebuah wilayah, para senior meminta kami berhenti dan beristirahat di tempat itu. Kami mengeluarkan cemilan kami dan menyantapnya sambil mengobrol. Sambil berfoto-foto juga tentunya. 

Setelah itu, para senior meminta kami berjalan mengikuti mereka sampai di sebuah tempat di mana kami akan menginap di malam kedua. Kami diminta membuat bivak lagi, tetapi kali ini bivak alam dan dibuat per kelompok. Selain itu, kami diminta mengumpulkan bahan-bahan makanan yang kami bawa dan mencari bahan makanan sendiri dari alam.

Ketika mengumpulkan bahan makanan dan bahan membuat bivak, hujan turun lagi. Cukup deras kali ini. Saya mendapat cukup banyak Begonia yang jadi idola saat survival seperti ini. Setelah mendapat Begonia cukup banyak, saya mencari dedaunan dan ranting-ranting kecil untuk rangka atap bivak. Bimo yang sejak awal mencari bahan-bahan bivak berhasil memperoleh jantung pisang yang juga didambakan untuk makanan saat survival, namun sayang, ketika mau dimasak si jantung pisang itu justru menghilang ditengah rerimbunan daun :’( dan baru ditemukan keesokan harinya saat merubuhkan bivak. Kamal yang jago dalam tali temali mengikat kayu-kayu penyangga bivak, sedangkan Nipeh yang meskipun tangannya terluka masih dapat membantu menyusun dedaunan dengan sangat rapi.

Karena mulai dingin, senior menyuruh kami memasak sesuatu untuk menghangatkan badan. Namun, kami masih saja asyik dengan bivak kelompok masing-masing. Setelah bivak kelompok 3 sudah berdiri dan tinggal ditambal-tambal dengan daun di beberapa sisi, Bimo langsung membuat bivak besar untuk masak. Lagi-lagi kelompok 1 menjadi seksi konsumsi angkatan kami. Saya membantu membuat minuman hangat dan mengedarkannya. Cereal dengan berbagai merk kami campur jadi satu, hasilnya… maknyus!!

Saat masih merenovasi bivak, datanglah kak Dita, anggota kelompok 3 yang menyusul karena ada acara di GUIM (Gerakan UI Mengajar) sebelumnya. Dengan cekatan kak Dita langsung bertanya apa yang bisa dilakukannya kemudian membantu menambal-nambal bivak kelompok 3.

Entah pukul berapa, secara bergantian, kami menunaikan solat jamak dzuhur-ashar. Setelah itu kami mulai bergantian berganti pakaian di dalam bivak. Panitia memperingatkan kami bahwa waktu yang terisisa bagi kami tinggal sedikit. Kami berusaha secepat mungkin merapikan barang-barang dan memasak. Namun, kami tetap saja ngaret. Setiap ketua kelompok (Nadila dari kelompok 1, Anah dari kelompok 2, dan Bimo dari kelompok 3) dikumpulkan dan diberi hukuman oleh senior. Saya yang linglung (lagi), kebingungan sendiri apakah ikut melakukan push up atau tidak. Walhasil, karena keonengan saya, saya datang untuk ikut push up tapi sudah terlambat. Saya balik lagi ke bivak masak dan membantu sebisa saya.

Kami menyantap makan malam jantung pisang kelompok 2 (kalo tidak salah) plus kornet dan sosis. Senior mempertanyakan kehadiran kornet dan sosis dalam menu makan malam kami, karena makanan seharusnya dikumpulkan ke senior. Dengan jujur dan polos kami menjawab bahwa kornet dan sosis itu berada dalam bahan makanan yang dikembalikan oleh senior (bumbu-bumbu). Senior menegur kami yang tidak berinisiatif mengembalikan makanan itu ke senior. Habisnya, kami kira senior memang sengaja berbaik hati pada kami, hehehe :D

Pada saat evaluasi yang diadakan malam itu, semua caang diminta mengevaluasi diri dan kelompoknya selama hari kedua itu. Dengan menyesal, saya (lagi-lagi) menyatakan ketidakinisiatifan saya. Ketika senior mempertanyakan saya yang tidak berubah dari diklat-diklat sebelumnya, saya kicep (speechless). Setelah semua caang mengevaluasi diri dan kelompok serta ketua kelompok diminta mengevaluasi setiap anggota kelompoknya, senior memberi evaluasi untuk kami. Masalah jam karet (walaupun jam kami dikumpulkan ke panitia) lagi-lagi diangkat dalam evaluasi kala itu. Sebelum membubarkan evaluasi malam itu, senior berpesan pada kami untuk segera tidur setelah masuk bivak dan sholat. Benar saja, senior menegur kami saat masih kasak-kusuk dalam bivak.

Ada satu kejadian lucu ketika saya sudah hampir terlelap. Saat itu Nipeh masih sholat karena sebelumnya diobati dulu oleh Kamal. Kejadian itu adalah Bimo yang mengigau. Lucunya, Bimo menyebut-nyebut nama seseorang lalu sempat bangun dan berkata, “Aduh, gue mimpi buruk nih, sumpah aneh banget.” Kemudian Bimo tidur kembali. Besoknya, ketika diceritakan, Bimo mengaku tidak ingat sama sekali, termasuk saat ia bangun sebentar itu.

Walaupun beberapa dari kami merasa tidak senyaman malam sebelumnya (apalagi bila dibandingkan dengan tidur di rumah atau kostan masing-masing), kami tetap berusaha untuk mendapatkan tidur yang berkualitas. Ya Allah, bahkan nikmatnya tidur di kostan yang kadang-kadang gerah kadang-kadang sangat dingin itu seringkali luput dari rasa syukurku pada-Mu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar