Slep! Sebuah tangan tiba-tiba
keluar dari tas saya ketika saya akan turun dari angkot. Seketika saya
speechless.
Bukan tangan hantu ataupun
tukang sulap, tapi tangan "jahil" yang memasuki tempat yang bukan
haknya, dan terpaksa keluar ketika si empunya barang memergokinya. Segera saya
mengecek isi tas, dengan fokus utama pada ponsel (karena barang-barang lain
dalam ruang tas yang terbuka itu tidak ada yang penting selain ponsel), dan
bernafas lega benda itu masih dengan nyaman berada di ujung bawah tas saya,
terlindungi oleh tisu, plastik berisi beberapa masker yang baru saya beli, dan
segala barang-barang printilan yang memang sedang berantakan saat itu.
Kejadian itu terjadi dalam
waktu singkat, tidak sampai satu menit, yakni ketika saya menunggu supir angkot
menyerahkan uang kembalian saya. Saya yang membayar dan menunggu kembalian di
dalam angkot (posisi saya saat itu di belakang supir. Saya membayar di dalam
karena teriknya matahari membuat saya malas membayar dan menunggu kembalian di
luar, alias di samping pintu depan penumpang tempat biasanya saya bayar), tidak
menyadari bahwa ada tangan yang membuka tas dan mencoba merogoh isinya saat
tatapan saya fokus pada uang kembalian dari pak supir. Saya baru mengetahui hal
itu ketika hendak turun.
Setelah melemparkan pelototan
pada pelaku, saya turun dengan jantung yang berdegup sangat kencang dan tangan
gemetar. Ingin rasanya memaki-maki orang itu, atau setidaknya menyindirnya agar
penumpang lain tahu bahwa ada pencopet di tengah-tengah mereka. Sayangnya saya terlalu
shocked, takut, sehingga justru tidak bisa berkata apa-apa dan berkeringat
dingin sendiri.
Saya masih ingat betul
perasaan saya ketika itu. Geram, kecewa, sedih, aaaaargh pokoknya geregetan
banget, lah! Seenaknya saja mengambil hak orang lain! Ponsel itu saya miliki
bukan tanpa pengorbanan. Ponsel itu dibeli memang dengan uang orang tua, tetapi
justru karena uang orang tua itulah yang jauh lebih menyesakkan saya. Apa dia
tidak memikirkannya? Pernahkah haknya diambil orang lain begitu saja?
Bus yang saya tunggu-tunggu
lama sekali datangnya. Saya langsung mengabarkan beberapa teman saya untuk
berhati-hati. Sambil menunggu, saya kembali merasa-rasai perasaan saya. Semakin saya rasakan emosi negatif itu, saya menjadi memahami,
seberapa sulitnya situasi kita, hak orang lain tetap tidak boleh dilanggar.
Materi moral development yang saya pelajari di kelas beberapa waktu lalu pun
terputar kembali.
Ah, jangan-jangan sebenarnya
saya sering melukai hak-hak orang lain. Ternyata seperti ini sakitnya.. Sakit
sekali.
:'(
Tidak ada komentar:
Posting Komentar